Anda sebagai seorang gadis dalam ruang lingkup keluarga, dalam bingkai rumah tangga dan dalam banguan istana pernikahan menempati posisi strtegis, memegang peran sentral dan menggengam jabatan penting, sekalipun bukan yang paling, hal itu karena Anda sebagai seorang gadis adalah calon ratu dalam bangunan rumah baru atau calon permaisuri dalam istana baru. Benar, Anda adalah istri masa datang yang menjadi separuh nyawa bagi ikatan sebuah perkawinan, yang menjadi setengah jiwa bagi talian pernikahan. Dan Anda adalah ibu masa depan dalam sebuah bangunan keluarga, pemegang kendali bagi segala urusan anak-anaknya.
Melihat dan mempertimbangkan posisimu yang strategis dan peranmu yang utama, maka mempersiapkan gadis sepertimu sebagai seorang ratu dan permaisuri dalam istana rumah tangga oleh pihak-pihak yang berwenang dan berkepentingan merupakan perkara dharuri,urgen dan penting. Di sisi yang lain upayamu sebagai seorang gadis muslimah dalam rangka menempa dan mempersiapkan diri untuk membangun rumah baru di mana kamu akan menjadi belahan nyawa dan setengah jiwanya merupakan perkara mendasar yang tidak ditawar.
Satu kenyataan yang tidak dipungkiri bahwa seorang istri atau ibu, dan dia sebelumnya adalah seorang gadis, merupakan jangkar penyeimbang bagi rumah tangga, ibarat kapal berlayar yang ada saatnya untuk istirahat melepaskan penat, dan pada sat itu jangkar mengambil perannya mengistirahatkan kapal sekaligus menyeimbangkan penumpangnya, demikianlah istri atau ibu dalam bangunan rumah tangga, rumah tangga berjalan, kadang lamban, kadang cepat dan kadang ngebut, tetapi di sela-sela semua itu ada saat-saat di mana rumah harus istirahat, suami kepada istri dan anak-anak kepada ibu, dan istri atau ibu itu adalah kamu, mungkin saat ini belum tetapi satu hari nanti tanpa kamu bisa berlari.
Rumah tangga sebagai istri dan ibu
Sebuah masa depan di mana Anda sangat sulit kalau bukan mustahil untuk menolaknya, sulit bagi Anda sebagai gadis untuk ngeles, menghindar darinya. Silakan Anda sebagai seorang gadis terbang sejauh-jauhnya, tetapi suatu saat nanti Anda akan tetap memasuki pintu rumah tangga. Silakan Anda sebagai gadis menunda-nunda dan mengulur-ulur demi mempertahankan status sebagai gadis -biasanya menunda atau mengulur dalam kamus seorang gadis bukan karena disengaja, akan tetapi karena belum atau tidak laku- tetapi suatu hari nanti benang pernikahan akan mengikat kedua tangan dan kedua kakimu.
Anda bisa saja berdalih dengan dalil yang sering didegung-degungkan oleh sebagian wanita yang memproklamirkan diri sebagai aktifis perempuan pembela hak-hak perempuan dan aktifis emansipasi, “Saya sudah berbahagia sekalipun tidak menikah, jadi untuk apa saya menikah?” Saya berkata kepada siapa yang mengucapkan kata-kata di atas atau yang sepetinya, “Anda tidak menikah karena telah merasa benar-benar bahagia atau karena tidak laku?” Saya kok meraba yang kedua. Mudah-mudahan benar rabaan saya.
Saya katakan kepadamu wahai gadis, jangan terkecoh, jangan tertipu dan jangan keblinger dengan kata-kata semacam ini, karena ia hanya fatamorgana yang mengelabuhi, kebahagiaannya adalah kebahagiaan semu alias palsu belaka, bukan kebahagiaan sejati. Kalau ia memang kebahagiaan sebenarnya maka alangkah sengsaranya para wanita yang menikah yang mana jumlah mereka tidak berbanding dengan wanita yang tidak menikah, benar bukan? Kalau kata-kata itu benar niscaya di dunia ini tidak ada pernikahan. Orang yang mengucapkannya memang tidak menikah sehingga dia tidak merasakan kebahagiaan pernikahan.
Saya berani bertaruh denganmu wahai gadis, bertaruh apa ya? Janganlah, bertaruh kan tidak boleh. Maksud saya, saya benar-benar yakin bahwa kebahagiaanmu sebagai seorang gadis, sekalipun kamu berpendidikan setinggi langit, berkedudukan paling terhormat di jagat raya, berharta melebihi Qarun, kebahagiaanmu terwujud manakala kamu telah resmi berubah status menjadi istri fulan dan kebahagiaan ini akan lebih sempurna manakala statusmu meningkat menjadi Ummi fulan.
Katakan dengan jujur, benarkan apa yang saya katakan? Benar, kalau tidak benar buat apa banyak para gadis dalam usiamu ngider, bolak-balik ngalor-ngidul untuk mencari teman spesial –saya hanya mengatakan kenyataan bukan membenarkan- dan kalau sudah dapat maka keduanya runtang-runtung berdua ke sana ke mari? Karena di sana kamu menemukan sebuah kebahagiaan, kebahagiaan yang akan membuat hatimu berbunga-bunga mengalahkan bunga taman Monas manakala gacoanmu itu datang menyodorkan tawaran resmi untuk menjadikanmu sebagai belahan jiwanya.
Semua itu membenarkan apa yang saya katakan, bahwa terminal akhir kehidupan seorang gadis sepertimu di mana di sanalah kebahagiaan baginya secara utuh dan sempurna terealisasikan melalui gerbang pernikahan ketika dia berani memberikan kegadisannya demi harapan besar berupa kebahagiaan.
Karena suatu saat Anda pasti akan menghadapi hal itu maka wajar kalau Anda patut mempersiapkan diri dari sekarang, mempersiapkan diri sebagai istri kemudian sebagai ibu, saya mengucapkan untukmu, “Selamat bersiap-siap.” Wassalam.
(Izzudin Karimi)
Copy-paste By Mr. Suyadi ATB MANPS from:
http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatsakinah&id=175
http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatsakinah&id=175